Jumat, 14 Oktober 2011

Perdagangan Budak Afrika oleh Bangsa Eropa

Lelang Budak. Photo:www.debateitout.com.
Sejarah perbudakan secara legal yang dilakukan oleh orang Eropa dimulai pada abad ke 14. Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis menancapkan perbudakan sejak abad 14 hingga 18, tetapi sampai sekarang pun fakta-fakta praktek dehumanisasi tersebut masih terjadi dengan cara yang lebih modern, sebagai konsekuansi dari kapitalisme.

Untuk mendapat buruh murah, negara-negara Barat melakukan perbudakan. Di antara sebagian contoh yang paling buruk dan mengerikan dari pelanggaran kemanusian negara Kapitalis adalah perdagangan budak Afrika.

Antara tahun 1562 dan 1807 penguasa-penguasa Eropa memaksa pindah lebih kurang 11 juta orang Afrika kulit hitam dari Pantai Barat Afrika; mereka dibawa ke Amerika. Mereka dimasukkan ke dalam kapal-kapal kolonialis Eropa, dengan kondisi yang menyedihkan, kekurangan makanan, berhimpitan untuk membangun mimpi baru negara kolonial, yakni membangun dunia baru Amerika.

Banyak di antara mereka yang ditimpa penyakit sampai kematian. Budak kulit hitam dianggap bagaikan binatang ternak yang tidak ada nilainya sama sekali. Mereka dipaksa bekerja pada perkebunan, tambang, dan proyek lain yang membutuhkan banyak tenaga manusia.

Pada awalnya bangsa Afrika adalah bangsa yang berdaya. Potensi kekayaan alam yang melimpah. Sejak jaman dahulu telah melakukan hubungan dagang dengan bangsa Eropa. Ketika abad penjelajahan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa melewati samudera Atlantik lalu berlanjut ke semua samudera di Dunia.

Hubungan awal yang dilakukan oleh Bangsa Eropa di Afrika pada awalnya merupakan Hubungan dagang, lalu menjadi hubungan dengan model penghisapan dengan cara Kolonialisme dan Imperialisme.

Hal ini berlaku pula ketika bangsa Eropa datang ke Benua Afrika. Awalnya hanya menjalin Hubungan dagang. Lalu dengan kecerdasan orang Eropa yang mampu melihat peluang dengan jeli sehingga terjadilah perdagangan budak dan perbudakan menjadi sebuah system yang diskenario secara sistemik.

Pada awalnya orang Eropa menerapkannya hanya sebagai bentuk hukuman bagi orang-orang yang telah melakukan perbuatan criminal dan melanggar hukum yang berlaku. Orang yang terhukum di hukum dengan cara dipaksa untuk melakukan apapun yang disuruh oleh Tuannya atau penguasanya.

Ketika Bangsa Eropa mengunjungi dan mengadakan hubungan dagang dengan penguasa lokal Afrika. Mereka mulai meminta budak sebagai barter dengan alcohol, senjata dan berbagai macam alat yang dibawa Orang Eropa untuk ditukar dengan budak, orang yang terhukum tadi.

Kebutuhan akan pekerja manusia untuk dipekerjakan sebagai pekerja kasar terus meningkat, maka Eropa memilih Orang Afrika untuk dijadikan Budak.

Para budak itu diperoleh dengan cara barter para penguasa local Afrika dengan Orang Afrika. Lalu untuk menambah jumlah budak yang dibutuhkan maka selanjutnya perburuan budak pun dilakukan dengan cara penculikan dan penyerbuan di desa-desa di Benua Afrika.

Mereka, orang Afrika yang berhasil di culik memang mereka kalah persenjataan dengan Orang Eropa. Selain itu juga politik adu domba dilakukan oleh Orang Eropa untuk menambah budak.

Budak-Budak yang telah didapatkan selanjutnya dibawa ke Benua Amerika untuk dipekerjakan di perkebunan. Sejak itulah fase “Triangular Trade” berkembang.

Sebuah model segitiga perdagangan dan rute (jalur) pelayaran budak dari Afrika ke Benua Amerika melewati samudera Atlantik lalu dipekerjakan di Benua Amerika. Dan Hasil Bumi perkebunan berupa Kopi, Gula, Rum dan sebagainya dibawa ke Benua Eropa. Dan lalu Bangsa Eropa mengirimkan senjata, alcohol untuk penguasa eropa dan memburu budak hingga hal tersebut terus berlangsung disebut oleh para pedagang Eropa dengan Triangular Trade.

Dan itu berlangsung secara sistemik selama 4 abad. Dari abad ke 14 hingga 18 ketika abolishment (penghapusan perbudakan) terjadi.

Middle Passage adalah sebuah perjalanan yang begitu mengerikan bagi para Budak. Sebuah rute pelayaran para budak dari Benua Afrika ke Benua Amerika melewati samudera Atlantic yang juga terkenal dengan Transatlantic. Perjalanan dengan kapal laut yang membutuhkan waktu selama 8 hingga 10 minggu untuk sampai ke Benua Amerika.
12975060901722501796

Fase :Middle Passage, diagram para budak ketika di kapal.

Middle Passage adalah perjalanan yang dehumanis karena:
Perlakuan para pedagang Eropa yang membawa budak diperlakukan secara menyedihkan dengan model “loose Pack”. Para Budak berdesak-desakan di dek kapal. Di beri makan sedikit, tidak ada toilet, sehingga Muntahan, berak, kencing dilakukan di tempat yang sama. Bisa dibayangkan apa terjadi? Banyak Budak yang menderita sakit. Bahkan begitu kejamnya perlakuan ketika “Middle Passage” banyak budak yang stress berupaya untuk bunuh diri dengan cara mogok makan.
12975069502126369493

Slave on the deck

Bahkan banyak budak yang berusaha meloncat dari kapal untuk Bunuh diri karena tidak tahan selama perjalanan yang mengerikan. Tetapi cerdasnya para awak kapal Bangsa Eropa, mereka memasang jaring dan jala di sekeliling kapal sehingga para budak tersebut tidak bisa terjun ke laut untuk bunuh diri. Sebab kematian budak adalah kerugian bagi pedagang budak.

Pelelangan Budak (The Slave Auction)
Kapal yang berisi budak-budak yang telah merapat di pelabuhan di Benua Amerika oleh selanjutnya dilelang/dijual oleh pedagang budak melalui pelelangan. Poster-poster pelelangan budak disebarkan di penjuru kota. Jadwal pelelangan ditetapkan.

Budak yang kuat, sehat merupakan budak dengan harga yang paling tinggi/mahal. Selanjutnya budak yang kecil, muda, tua, sakit terjual paling akhir dengan harga yang murah.

Biasanya budak yang datang dengan keluarganya dipisahkan dan dijual terpisah oleh para pedagang Budak. Hal yang mengenaskan para budak ketika pelelangan, mereka tidak paham akan situasi apa yang mereka hadapi. Pelelangan dilakukan dengan bahasa yang tidak mereka pahami. Dan tahu-tahu mereka diambil berganti tuan yang baru.

Para Budak yang berada di Amerika Utara biasanya dipekerjakan di pabrik. Dan para Budak yang berada di Amerika Selatan dipekerjakan di perkebunan.
Kehidupan para budak sungguh menyedihkan. Setiap hari mereka harus bekerja keras dari matahari terbit hingga matahari terbenam tanpa gaji dan perlakuan kasar. Untuk tempat berlindung para budak harus membangun rumahnya sendiri dengan bahan seadanya. Untuk makan, biasanya mereka makan makanan seadanya. Dalam setahun hanya diberikan 3 underwears, sepasang sepatu dan pakaian seadanya oleh Tuannya. Para budak tidak diperkenankan berbicara ketika bekerja dengan bahasa mereka. Bila berbicara akan mendapatkan hukuman. Para budak tidak boleh belajar membaca dan menulis. Tetapi Pada hari minggu mereka masih diperbolehkan pergi ke Gereja.

Tembakau, kapas, Gula, kopi adalah hasil perkebunan yang dikerjakan oleh para budak. Selanjutnya hasil bumi tersebut dikirim ke Eropa.

Budak yang dianggap telah berbuat salah akan dihukum dengan sangat berat dan tidak manusiawi. Seorang Budak harus patuh kepada tuannya, jika tidak patuh maka hukuman akan sangat berat.

Hukuman para budak dilakukan didepan umum para budak dengan tujuan sebagai bentuk intimidasi para budak agar tidak melakukan pembangkangan.Tingkat dan model Hukuman tergantung dari kesalahan yang telah dilakukan oleh para Budak.

Banyak di antara mereka yang ditimpa penyakit sampai kematian. Budak kulit hitam dianggap bagaikan binatang ternak yang tidak ada nilainya sama sekali. Mereka dipaksa bekerja pada perkebunan, tambang, dan proyek lain yang membutuhkan banyak tenaga manusia.

Pulau Goree yang berada di Sinegal menjadi saksi sejarah dalam kekejaman perbudakan Eropa ini. Masyarakat Senegal menyebutnya pulau tersebut sebagai Ber, tetapi Portugis menamainya Ila de Palma. Penjajah Belanda menyebutnya Good Reed dan diubah Perancis menjadi Goree, yang berarti ”pelabuhan baik” dan ada yang mengartikan sebagai ”pulau yang memberi hasil” (hasil dari perdagangan budak).

Pulau tersebut menjadi saksi bisu sepanjang empat abad pada masa lalu tentang kesedihan, tangisan, dan penderitaan 15 juta-20 juta warga Afrika yang ditampung sebelum dikirim ke Eropa dan Amerika, tanpa pernah mengenal jalan pulang.

Sumber Data : http://africanhistory.about.com

Read more ...

Penderitaan Budak Afrika yang Tragis


Sejarah kelam kemanusiaan yang sangat menyayat hati dan sulit terlupakan dalam sejarah kemanusiaan adalah perbudakan. Penistaan derajat manusia ini terjadi pada abad pertengahan dan bahkan sampai pada akhir abad 21.

Setelah banyak bangsa-bangsa di Afrika dan Asia merdeka maka perbudakan lambat laun semakin dikikis. Peran Konferensi Asia Afrika di Bandung yang di prakarsai oleh Presiden Sukarno menjadi salah satu pencetus munculnya kemerdekaan-kemerdekaan tersebut, juga ikut mendorong penghapusan budak ini.

Untuk mendapat buruh murah, negara-negara Barat melakukan perbudakan. Di antara sebagian contoh yang paling buruk dan mengerikan dari pelanggaran kemanusian negara Kapitalis adalah perdagangan budak Afrika.

Antara tahun 1562 dan 1807 penguasa-penguasa Eropa memaksa pindah lebih kurang 11 juta orang Afrika kulit hitam dari Pantai Barat Afrika; mereka dibawa ke Amerika. Mereka dimasukkan ke dalam kapal-kapal kolonialis Eropa, dengan kondisi yang menyedihkan, kekurangan makanan, berhimpitan untuk membangun mimpi baru negara kolonial, yakni membangun dunia baru Amerika.

Banyak di antara mereka yang ditimpa penyakit sampai kematian. Budak kulit hitam dianggap bagaikan binatang ternak yang tidak ada nilainya sama sekali. Mereka dipaksa bekerja pada perkebunan, tambang, dan proyek lain yang membutuhkan banyak tenaga manusia.

Pulau Goree yang berada di Sinegal, masyarakat Senegal menyebutnya Ber, tetapi Portugis menamainya Ila de Palma. Penjajah Belanda menyebutnya Good Reed dan diubah Perancis menjadi Goree, yang berarti ”pelabuhan baik” dan ada yang mengartikan sebagai ”pulau yang memberi hasil” (hasil dari perdagangan budak).

Pulau tersebut menjadi saksi bisu sepanjang empat abad pada masa lalu tentang kesedihan, tangisan, dan penderitaan 15 juta-20 juta warga Afrika yang ditampung sebelum dikirim ke Eropa dan Amerika, tanpa pernah mengenal jalan pulang.

Berbagai negara eropa barat seperti Portugis, Perancis, Belanda dan Amerika pulang pergi dengan menangkapi penduduk sipil baik laki-laki, perempuan, dewasa bahkan pun anak-anak di pulau tersebut.

Penangkapan dilakukan bahkan seperti binatang buruan, dijerat atau diambil paksa dari anggota keluarganya. Penangkapan besar-besaran yang dilakukan di Pulau Goreee ini dilakukan oleh tentara orang-orang eropa atau para pemimpin lokal uang telah dibayar.

Pulau yang berukuran 900 meter kali 350 meter itu telah membawa jauh ingatan ke masa silam, ke abad ke-15 sampai ke-19 ketika jutaan manusia Afrika Barat dirampas haknya dan dijadikan budak untuk dijadikan komoditas perdagangan. Peradapan kapitalisme paling bertanggungjawab atas perendahan martabat manusia ini.

Selain itu kawasan lain di Afrika Timur, Zanzibar, menjadi pusat perdagangan budak. Penangkapan penduduk kulit hitam miskin di Afrika Barat oleh para pemimpin Afrika sendiri dilakukan untuk dijual sebagai budak kepada bangsa Eropa.

Perdagangan budak Afrika pernah menjadi ladang bisnis yang paling menggiurkan, yang digerakkan oleh sindikat perdagangan segitiga antara Afrika, Eropa, dan Amerika. Pedagang Eropa membawa komoditas murah ke Afrika Barat, khususnya ke Senegal, Gambia, dan Guinea berupa kapas, alkohol, alat-alat tembaga, dan lain-lain untuk ditukar dengan budak Afrika dari para pedagang besar Afrika.

Budak-budak itu kemudian dibawa ke Eropa dan sebagian lagi ke Amerika. Sesampai di pelabuhan Amerika, para budak itu dijual kepada para pemilik perkebunan dan pabrik-pabrik dengan barteran tembakau, gula, dan barang-barang lain.

Para budak yang terdiri dari pria dan perempuan, dewasa atau bahkan anak-anak, diangkut dengan kapal kayu dengan kondisi kaki atau leher terikat dengan lima kilogram bola besi agar tidak gampang melarikan diri, seperti terjun ke laut. Ketika ditangkap, pria dan perempuan yang dijadikan budak umumnya dalam kondisi sehat-sehat. Namun, sekitar enam juta orang meninggal karena sakit, kekurangan makanan, dan tidak tahan siksaan selama di penampungan ataupun dalam perjalanan menyeberang Samudra Atlantik menuju Amerika.

Penderitaan manusia yang dijadikan budak ini terus berlanjut. Sebelum berlayar dalam keadaan dipasung selama 3-4 bulan ke Amerika, para budak umumnya tiga bulan berada di penampungan Pulau Goree. Kapal pertama menuju Amerika tahun 1518.

Budak AfrikaSebenarnya perjuangan rakyat dan pemimpin Afrika muncul dan tenggelam, seiring dan selama berlalunya masa perbudakan Afrika yang hampir empat abad. Salah satu perjuangan itu adalah datang dari Raja Kongo Zanga Bamba yang mengirim surat protes kepada Raja Portugal tahun 1526. Dalam surat itu dijelaskan, pedagang Portugal bekerja sama dengan sindikat Afrika terlibat aksi penangkapan terhadap penduduk Afrika miskin untuk dijadikan budak di negara-negara Barat. Sejumlah pemimpin Afrika Barat juga melarang pengangkutan budak melewati wilayah kekuasaannya.

Namun upaya pemimpin dan bangsa Afrika melarang perdagangan budak selalu gagal lantaran perjuangan yang hanya bersifat lokal dan tidak memiliki kekuatan senjata yang memadai. Sementara para pemburu budak dari Eropa rata-rata memiliki tentara dan bersenjata api yang sangat ditakuti pada waktu itu. Sindikat dan mafia perdagangan budak juga sudah terlalu kuat. Sekitar 11 juta warga Afrika pun menjadi korban kekejaman dalam bisnis perbudakan selama empat abad di masa lalu.

Sejarah Kapitalisme adalah paralel dengan sejarah perbudakan dan penjajahan yang menuhankan kebebasan manusia dan materi sebagai sesuatu yang sangat penting mendorong mereka untuk menghalalkan berbagai cara demi meraih kepentingan itu. Untuk meraih keuntungan material yang besar, Barat membutuhkan modal yang besar, pasar yang luas, sumber bahan mentah dan energi murah serta buruh yang murah. Untuk itulah mereka melakukan kolonialisasi.

Kapitalisme juga yang melahirkan kolonialisme barat terhadap negara-negara di Asia dan Afrika. Penjajahan barat di berbagai belahan dunia lain dengan membawa misi glory (kejayaan) , gold (emas), dan gospel (kristenisasi). Negara-negara ini kemudian menimbulkan penderitaan yang luar biasa terhadap kawasan yang mereka jajah. Terjadilah kerja paksa, perampokan kekayaan alam sampai pembunuhan massal.

Sumber Gambar Budak di Kapal : Perpustakaan Kongres (cph 3a42003) juga Harper's Weekly, 2 Juni 1860
Sumber Gambar Budak dipermainkan dikapal : "La France Maritim" oleh Amédée Gréhan (ed.), Paris 1837
Sumber Gambar Budak Dijual : Perpustakaan Kongres (cph 3a42003) juga Harper's Weekly, 2 Juni 1860
Sumber Data : http://africanhistory.about.com
Read more ...