Selasa, 03 September 2019

Bandung Lautan Api Sebuah Sejarah Pilu yang Tidak Akan Terlupakan

Para Pejuang dan Rakyat meninggalkan Bandung Utara.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 belumlah menjadi akhir dari perjuangan untuk menempuh kemerdekaan yang hakiki, tetapi itu barulah tonggak untuk masuk ke era perjuangan berikutnya untuk menghadapi Belanda dan Sekutu yang ingin masuk dan berkuasa lagi.

Salah satu perjuangan yang sangat heorik terjadi di Bandung, Jawa Barat. Sebuah riwayat sejarah yang terkenal dengan istilah Bandung Lautan Api. Sampai sekarang istilah itu masih akrab terdengar dan memberi inspirasi atas sebuah sejarah perjuangan bangsa ke generasi berikutnya.

Sejarah Bandung lautan api dimulai pada tanggal 12 Oktober 1945 dengan kedatangan  pasukan Inggris yang dipimpin Brigade MacDonald. Kedatangan pasukan Inggris ini diikuti oleh NICA yang memiliki niat untuk kembali menjajah Indonesia yang baru merdeka.

Kedatangan pasukan sekutu ini menimbulkan dilema bagi para pemimpin RI di Jakarta, disatu sisi harus menunjukkan sikap hormat sebagai bagian dari diplomasi tetapi juga harus menunjukkan sikap tegas sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.  Tetapi sikap bersahabat itu tidak ditunjukan oleh pihak Sekutu. Pada saat kedatangannya mereka sudah mengultimatum rakyat untuk segera menyerahkan senjata. Mereka juga tidak mengakui Pemerintah RI dan juga TKR.

Ultimatum Sekutu ini ditanggapi dingin oleh rakyat Jawa Barat, mereka meyakini bahwa kemerdekaan sudah diraih dan harus dipertahankan.  Berbagai konflik banyak terjadi setelah kaum interniran Belanda yang semula ditahan Jepang dibebaskan. Mereka dengan sengaja mengacaukan keadaan dan melakukan berbagai insiden terhadap pihak rakyat Indonesia. Bentrokan tidak dapat dihindari antara TKR dan Sekutu yang dibantu NICA.

Berbagai intrik dan insiden dari para interniran ini direaksi oleh rakyat Bandung Pengumuman dari Pemerintah Jawa Barat untuk mengosongkan Bandung bagian utara seperti yang ditulis di buku  A.H.Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, sebagai berikut:

“….Berhubung dengan keadaan genting di Bandung yang disebabkan oleh adanya pengumuman dari fihak Inggris tentang pengosongan daerah kota Bandung sebelah utara jalan kereta api, maka pemerintah pusat telah mengadakan pembicaraan langsung dengan pimpinan tentara Inggris di Pulau Jawa.

Mengingat sukarnya keadaan penduduk kota Bandung sebelah utara kalau bagain tiu mesti dikosongkan maka hal itulah yang mendapat perhatian istimewa dalam pembicaraan itu.

Hasil pembicaraan itu ialah bahwa penduduk  kampung-kampung di bagian utara itu tidak usah dipindahkan. Sebaliknya keamanan di dalam di dalam kota bagian kota itu mesti terjamin dan usaha di dalam hal itu ialah supaya orang-orang yang mengganggu keamanan itu dikeluarkan dari bagian kota itu.

Untuk mencapai hal itu maka dengan segera akan diadakan pembicaraan antara Brigadir Mac Donald dan Gubernur Jawa Barat.

Perlu diterangkan disini, bahwa bukan saja bangsa Indonesia yang membawa senjata akan ditangkap, segala bangsa yang membawa senjata juga akan ditangkap.

Kami mengeluarkan penghargaan seupaya rakyat Bandung tetap tenang dan menjaga supaya keamanan jangan terganggu.

Dari pemerintah akan diambil seperlunya supaya kedudukan Negara kita jangan diancam oleh orang-orang yang terang berusaha melemahkan kedudukan kita…”

Kabiner Sahrir sendiri sebulan kemudian akan memerintahkan pengosongan oleh TKR dan lascar-laskar RI. Pemerintah pusat yakin bahwa jalan diplomasi yang paling tepat untuk  mencapai pengakuan kemerdekaan. Untuk itu harus dihindari kerusuhan-kerusuhan dan insiden-insiden. Untuk itu haruslah ditunjukkan pemerintah sipil kita berjalan dengan baik.

Mengosongkan Bandung Utara
Sesungguhnya tidaklah  terjadi apa yang telah muluk-muluk disampaikan oleh para pemimpin Sekutu kepada para Pemimpin bangsa kita, karena faktanya mereka membawa AMACAB, RAPWI,  DAN KNIL  yang merupakan organ-organ untuk menciptakan kembali penjajahan Belanda di Indonesia.

Di sisi TKI dan laskah-laskar RI yang sedang siap-siapnya berjuang merasa bahwa de facto itu tak mungkin dapat dicapai tanpa tekanan dan aksi dari TKR. Untuk menyampaikan perasaan itu para komandan TKR berkonsolidasi dan mengirimkan utusan ke Jakarta. Utusan tersebut adalah Kepala Staf Komandemen Jawa Barat sendiri dan juga bersama dengan Panglima berangkat ke Jakarta pada bulan Oktober dan November 1945. Serta ikut juga dalam berbagai perundingan Menteri Penerangan dan Menteri Pertahanan dengan pihak Sekutu.

Pembakaran gedung dan bagunan
Posisi Sekutu di Bandung sangat terancam sehingga merasa perlu untuk mendatangkan lagi 1 batalyon Maharatta (tentara Gurka India Sekutu) untuk membantu Devisi Mabutji (Devisi tentara Jepang). Devisi Mabutji ini adalah tentara Jepang yang dimanfaatkan oleh Sekutu untuk ikut memukul perjuangan TKR dan Laskah-laskar di Bandung. Kekuatan dan keahlian dari Devisi Mabutji ini sangat tinggi dan peralatan yang sudah cukup canggih.  Untungnya Sekutu sendiri sedang kesulitan tentara yang dapat digunakan di Bandung karena Divisi India ke-7 sedang sagnat diperlukan di Malaya.

Pada tanggal 1 Desember 1945 Kota Bandung dibombardir oleh Sekutu. Ledakan-ledakan besar tersebut sampai meninggalkan lubang selebar 12 meter.  Pertempuran di Bandung meluas sampai wilayah-wilayah lain di Jawa Barat.  Dari Cibadak, Sukabumi, Cianjur, Ciujung dan Padalarang.

Aksi pesawat-pesawat terbang Masquioto dan Thunderbold juga dimanfaat untuk terus menggempur Kota Bandung secara membabibuta. Cibadak yang diperkirakan menjadi tempat persembunyian TKI juga diserang habis dengan pesawat tempur. Gedung, bangunan, rumah-rumah dan jalan-jalan rusak berat.

Bogor juga dianggap menjadi tempat bagi TKR dan lascar rakyat sehingga dikepung penuh oleh tentara India yang banyak  menimbulkan korban dipihak kita. Istana Bogor diduduki oleh Sekutu dan wilayah sekitarnya di hancurkan.

Tanggal 24 November 1945  TKR dan lascar-laskar rakyat melancarkan serangan gerilya terhadap markas sekutu di Bandung bagian utara. Tiga hari pascapenyerangan, MacDonald mengultimatum Gubernur Jawa Barat segera mengosongkan wilayah Bandung bagian utara, termasuk rakyat dan tentara. Pimpinan di Jakarta memerintahkan TKR dan  laskah rakyat mundur dan menghindari pertempuran agar memberikan suasana yang lebih kondusif  untuk melakukan diplomasi.

Pada tanggal 27 November 1945  Pimpinan Tinggi Sekutu, MacDonald menyebarkan ultimatum kembali agar  Gubernur Jawa Barat dan rakyat beserta TKR secepatnya meninggalkan wilayah Bandung bagian utara.Ultimatum tersebut membuat Bandung terpecah menjadi dua bagian wilayah kekuasaan, diaman Bandung bagian utara dikuasai oleh Sekutu dan Bandung bagian selatan dikuaasi oleh pihak Indonesia.
Pembagian wilayah ini justru memicu pertempuran yang lebih sering dan lebih frontal. Hampir selama satu bulan penuh di bulan Desember 1945 tidak ada henti-hentinya suara letusan senjata di berbagai medan pertempuran di Bandung. 

Pertempuran yang paling seru berada diwilayah Sukajadi,  Cihaurgeulis, Pasar Kaliki. dan Viaduct. Sekutu menargetkan untuk mendapatkan jaringan kereta api tetapi karena luasnya dan panjangnya jaringan rel yang banyak berada pada wilayah yang dikuasai oleh pejuang mereka selalu gagal untuk menguasainya.

Alih-alih ingin menguaasi jaringan kereta api tetapi justru pasukan semakin berkurang dan amnunisi semakin terbatas sehingga Sekutu terjepit dimana-mana. Diplomasi Sekutu dijalankan mereka mengontak kepada Perdana Menteri (PM) Sultan Syahrir untuk paling lambat tanggal pada 24 Maret 1946  jam 24.00 WIB pasukan Indonesia sudah harus meninggalkan Bandung bagian utara sejauh 10 sampai 11 km dari pusat Kota Bandung.

Pimpinan TRI menolak ultimatum tersebut sedangkan PM Syahrir mendesak Jenderal Mayor Nasution  yang waktu itu menjabat sebagai Panglima Divisi III/Siliwangi  memenuhi ultimatum tersebut.  PM Shahrir menilal perimbangan kekuatan TRI belum sepadan.  Keputusan sangat a lot antara dua pihak yang berbeda pandangan itu.

Pada pertemuan selanjutnya antara Pimpinan Pemerintah dan  AH Nasution, para Komandan TRI, para ketua Laskar pejuang bersepakat utnuk membumihangutkan Bandung Selatan sebelum kota itu dimasuki oleh tentara Sekutu.

Bumi hangus kota akan dilakukan pada tanggal 24 Maret mulai pukul 21.00 WIB.  Salah satu gedung yang pertama dibakar dengan diledakkan adalah gedung Bank Rakyat. Pembakaran dilanjutkan ke Banceuy, selanjutnya Cicadas, Braga dan Tegallega.  Asrama-asrama anggota TRI juga ikut dibakar. Pembakaran juga terus berlanjut ke Ciroyom, Tegallega Utara, Cikudapateuh, Cicadas, sepanjang Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Asia Afrika, Cibadak, Kopo, dan Babakan Ciamis.

Para aparat pemerintah, pejuang dan rakyat Bandung akhirnya meninggalkan kota itu dengan hati sedih. Ibu-ibu, anak-anak, kakek nenek semua ikut dalam rombongan yang perpindahannya sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki.  Inilah kisah perjuangan yang kemudian lebih dikenal sebagai Bandung Lautan Api yang sejarahnya tidak akan terlupakan.

Sumber dan referensi :
- A.H. Nasution, "Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia", 1994.
- A.H. Nasution, "Catatan-catatan Sekitar Politik Militer Indonesia", CV. Pembimbing, 1955.
- Kahin, George, Mac, Turnan, "Nasionalism and Revolution in Indonesia", Cornell University Press, Ithaca, New York, 1963.
- wikipedia.org

1 komentar:

  1. The main and important variety of our Escorts Rate in Gurgaon is housewife escorts, they a very hungry for sex and want complete sexual satisfaction in their personal life.Escorts whatsapp number in Gurgaon They love to meet new people and an expert in giving sexual treatment.Hotel Sex Service in Agra They have a good sexual experience in life they do everything to give full sexual satisfaction to their client.VIP Call Girls in Indore They don’t feel shy about giving a blow job and their foreplay gives an VIP Call Girls in Haridwar amazing feel to the client that’s why many clients book VIP Call Girls in Goa escorts agency.

    BalasHapus